Writer itu sama seperti pencerita. Maka dari itu, gimana cara seorang writer menyampaikan pesannya bakal memengaruhi pembaca. Nah, cara paling penting buat menjadi super-writer ya harus expert di topik yang dia tulis.
Yang jadi masalah adalah gimana mulainya ya?
Karena dulu saya menulis topik apa saja, ya akhirnya saya bakal riset kalau diberi “keywords” atau “topik”. Sayangnya, kalau menulis hanya berdasarkan keyword atau topik saja, kemungkinan besar apa yang kita sampaikan cukup terbatas.
Kenapa gitu? Karena kita gak mengerti topik secara keseluruhan, tapi sepotong-sepotong.
Artikel yang kita create ya sebatas apa yang kita riset dari halaman yang muncul di top SERP (Search Engine Result Page). Kemudian, meng-copy dan parafrase saja konten yang sudah duluan ada. Tanpa bisa bikin konten kita lebih rich dan outstanding. Karena kita gak bisa menambah value tertentu dibandingkan kompetitor.
Itu dulu, karena memang pada kesempatan tersebut, saya harus menjadi full stack writer istilahnya. Nah, buat kita yang punya kesempatan buat fokus di topik tertentu, gak ada salahnya sih buat jadi expert di topik tertentu.
Percayalah, kadang HR atau user akan prefer sama writer yang punya pengalaman mengolah konten dengan tema tertentu. Misal, company/startup yang bergerak di industri fesyen kemungkinan besar akan prefer sama writer yang punya passion di fesyen.
Nah, buat kita yang mau menjadi writer yang menguasai topik. Sehingga saat audience membaca konten kita jadi lebih antusias dan bahkan mungkin menghasilkan konversi, berikut beberapa tips yang semoga bisa membantu ya!
1. Pelajari istilah-istilah dalam topiknya
Buat starting, hal paling basic yang kita bisa lakukan adalah penasaran sama istilah-istilah tertentu dari topik yang ditulis. Jangan malas-malas buat Googling deh!
Ketika menuliskan istilah yang gak kita mengerti itu, jangan lupa buat jelaskan artinya ke audience. Kita saja kurang mengerti istilah tersebut, bisa saja audience lain juga belum tentu paham, kan? Ya, walau gak selalu sih. Tapi paling gak, kita bisa menjaring audience yang belum mengenal topik atau produk tertentu.
2. Bikin kategorisasi topik
Khususnya buat kita yang bukan full stack writer, bikin mapping atau kategorisasi topik wajib banget sih. Dengan begitu, kita bakal bisa menjelaskan suatu topik secara detail dan bahkan menyambungkannya dengan topik lain.
Hal kayak gini juga berguna saat melakukan internal linking sih. Karena kita jadi tahu harus memberikan internal linking yang sesuai konteks. Bukan asal taruh link saja asal dimana ada keyword-nya.
Gimana cara mapping atau kategorisasi topik? Ini mirip dengan bikin kategori di blog. Misal, kita lagi build content buat website kesehatan. Nah, kita bisa bagi topiknya berdasarkan hal-hal yang terkait kesehatan. Misal, penyakit, obat, dokter, dan gaya hidup sehat. Baru kita kumpulkan deh itu jenis-jenis penyakit, macam-macam obat, macam-macam dokter, dan lain-lain.
Dengan kategorisasi seperti ini, kita tahu apa saja yang perlu kita pelajari. Selain itu, artikel yang satu dengan lain bakal lebih runut, bisa saling nyambung, dan gak ada statement yang kontradiktif.
3. Punya product knowledge
Gak cukup buat mengerti topik secara general, kita perlu punya product knowledge. Apalagi jika kita menulis buat company/startup, yang mana kalau bisa tulisan kita bisa meng-encourage atau kasih awareness ke audience mengenai produk tertentu.
- Dengan product knowledge, kita bisa melakukan tap in atau kasih CTA ke produk dari berbagai artikel yang kita tulis dengan cara lebih natural.
- Audience juga menjadi lebih trust sih, karena ketika ngomongin topik tertentu, kita bisa mention brand atau produk tertentu yang relate. Anyway, ini gak selalu ngomongin soal CTA ke produk yang dijual ya. Sebagai contoh, kita lagi ngomongin asuransi jiwa berjangka. Kita bisa terlihat lebih menguasai topik apabila bisa memberikan contoh polisnya dan perhitungannya.
4. Sesuaikan pemilihan kalimat dengan audience
Gak peduli seberapa menguasai topik seorang writer, tapi kalau gak bisa menyampaikan pesan agar mudah dimengerti audience ya nihil.
Kelihatan pintar doang mungkin gampang ya. Tinggal pakai bahasa-bahasa ilmiah atau istilah-istilah asing. Tapi, masalahnya adalah sesuai gak dengan audience kita? Sehingga mereka menjadi pembaca loyal dan bahkan melakukan pembelian.
So, kalau memang audience kita masih kurang teredukasi dengan topik-topik tertentu, sebisa mungkin jadilah seperti mereka. Menulislah dengan bahasa yang lebih awam dan membumi. Ini juga kenapa kita harus benar-benar mengerti apa yang ditulis biar lebih gampang buat menjelaskan.
5. Evaluasi
Yang terakhir, jangan lupa buat evaluasi. Cara untuk melihat artikel kita “disukai” pembaca bisa dilakukan dengan beberapa cara. Misal, lihat bounce rate artikel kita, page per visit, jumlah share, dan sebagainya. Walau bukan jadi metrik yang mutlak tetapi seenggaknya bisa menjadi gambaran.
Yang namanya ilmu dan informasi kemungkinan bakal mengalami perubahan. Nah, jangan lupa buat selalu update konten kita ya biar stay update. Itu dari sisi isi tulisan. Ada juga dari sisi skill menulis itu sendiri. Kita pasti mau terus belajar buat menulis lebih baik kan, baik dari pemilihan diksi, flow artikelnya, dan sebagainya.
Kedua hal tersebut bakal memacu kita buat menguasai topik dan menyampaikan pesan dengan lebih baik lagi ke audience. Kemungkinan malah suatu saat saat baca artikel-artikel lama, kita bakal merasa cupu banget!
Kelihatanlah mana writer yang benar-benar passionate dengan apa yang dia tulis dengan gak, bukan begitu?
Menarik sekali, mungkin kalau saya boleh menambahkan ya rajin latihan IMHO. Sukses dan sehat selalu.
LikeLike