Category Archives: Self-care

Pengembangan diri dan kesehatan mental.

Minimalisme Mengajarkanku Menjadi Mindful & Merasa Cukup

Fase hidup itu nggak dipungkiri bikin kita berubah-ubah. Atau memang kitanya juga berubah-ubah di berbagai waktu. Bisa jadi di suatu masa, kita merasa ambisius. Di kemudian hari kita merasa stoic dan let it flow.

Dan kini aku berada di fase lebih kalem. Aku merasa sudah cukup dan lebih mindful atas apa yang aku capai dan miliki. Salah satunya karena paham minimalisme yang sedang aku pelajari.

Seperti yang pernah aku ceritakan di blog ini mengenai hidup minimalis yang mulai aku jalankan. Bahwa ini bukan sekadar ingin tampil “klimis”. Bukan juga sekadar furnitur minimalis yang bikin tempat tinggalku lebih “clean” tanpa berantakan. Ya, walaupun memang hal-hal yang aku sebutkan tadi bisa dibilang minimalis dan juga bisa memengaruhi keadaan mentalku.

Namun, kali ini aku ingin lebih mengulik sisi lebih dalam tentang apa yang aku rasakan.

Continue reading

Merasa Sendiri dan Takut Kehilangan

Sepertinya aku tahu apa luka terdalam dalam diriku: takut kehilangan.

Pertama kehilangan mama. 15 tahun berlalu, aku kira lukaku sudah sembuh. Beberapa tahun belakangan ini memang aku bahkan sudah melupakan tanggal “kepergian” dia, walaupun reminder di kalenderku masih tetap ada.

Semenjak itu aku selalu merasa takut kehilangan dan menjadi sendiri. Padahal sebenarnya aku selalu sendiri. Aku berjuang untuk diriku sendiri. Baik secara materi dan psikis. Tapi sampai sekarang aku merasa bahwa aku nggak bisa hidup sendiri. Oleh karena itu, aku sering “bergantung” pada orang lain.

Continue reading
memulai hidup minimalis

Memulai Hidup Minimalis dengan Cara Simpel

Sewaktu kecil, saya pernah bercita-cita untuk hidup nomaden yaitu tinggal di tempat-tempat yang membutuhkan. Menjadi pengajar ke berbagai daerah, khususnya di wilayah yang sukar terjangkau. Cita-cita tersebut ternyata merupakan refleksi dari diri saya yang ingin hidup minimalis.

Cita-cita tersebut belum tercapai dan sekarang saya belum terpikir lagi. Namun, saya pernah hidup dengan hanya sekitar lima-enam pasang baju saja. Tidur di ruko tanpa kamar. Lemari saya hanya laci meja saja.

Entah kenapa pada saat itu, saya merasa “bebas” sekali. Berbeda dengan beberapa waktu terakhir ini, yang mana otak saya selalu berpikir bahwa mana lagi yang perlu saya buang dari apartemen. Sebab, pusing sendiri karena barang-barang saya semakin menumpuk.

Continue reading

Apa Tujuan Hidup Manusia?

Ketika bertanya apa tujuan hidup manusia, saya pribadi pasti akan mengaitkannya dengan keberadaan Tuhan. Yang mana dalam beberapa tahun terakhir ini, saya merasa bahwa Dia gak ada, ada, atau memang jauh.

Tapi jujur saja, saya takut mati. Takut akan rasa sakit menuju waktu tersebut. Atau, takut dilupakan karena menjadi tiada.

Apa Itu Tujuan Hidup?

Tujuan hidup bagi saya adalah mengapa sesuatu terjadi, apa yang perlu kita lakukan, bagaimana kita memaknainya, serta bagaimana akhirnya? 

Nah, pertanyaan “mengapa sesuatu terjadi” inilah yang memang sering kali menjadi misteri. Pertanyaan tersebut juga menjadi dasar keyakinan dan tindakan kita ke depannya.

Continue reading

Menjadi Orang ‘Normal’ Meski Mengidap Bipolar

Seseorang pernah bilang kayak gini ke saya, “Tapi gw liat lo normal-normal aja. Gak kayak orang sakit (bipolar).”

Kalimat tersebut terucap jelang akhir tahun lalu. Dan memang pada saat itu, saya merasa dan memang benar-benar jauh lebih baik daripada sebelumnya. Saya bekerja dengan lebih bersemangat. Kehidupan sosial saya baik-baik saja, bahkan gak ada yang menyadari kalau saya punya mood-swing yang parah. Saya juga hampir jarang ngambekan.

Meski terlihat sangat baik, bukan berarti saya sudah ‘sembuh’. Saya ‘hanya’ sudah bisa memilih mana yang perlu ditampilkan dan mana yang gak. Saya juga sudah cukup bisa mengendalikan diri. Itu saja.

Continue reading

Dendam

Saya teringat kata-kata salah satu psikiater saya sekitar dua tahun lalu. Beliau bilang bahwa saya masih punya dendam masa lalu yang belum bisa saya lepaskan.

Saya harus akui itu.

Tapi terlalu banyak dendam yang sudah bercokol dalam diri saya. Hingga akhirnya saya gak tahu mana yang sebenarnya bikin diri saya seperti sekarang.

Entah itu dendam masa lalu dimana ayah saya mabuk-mabukan dan bikin ibu saya tersiksa. Entah itu dendam ketika akhirnya ibu saya sakit dan gak kuat lagi yang akhirnya meninggal. 

Continue reading