Kerja Tanpa Ijazah, Panjat Karier Meski Lulusan SMA

Mimpiku untuk kuliah di masa remaja boleh saja sirna. Namun, bukan berarti gak ada jalan lain untuk meraih cita-cita.

Dulu aku tuh pengin banget jadi guru atau sastrawati. Selalu dua cita-cita itu yang aku kumandangkan dengan bangganya, saat ditanya mengenai cita-cita. Bahkan, hingga SMA pun aku tetap konsisten dengan cita-cita itu. Hihihi.

Sayang seribu sayang, harapan itu pupus karena musibah yang melanda keluargaku. Mamaku meninggal, padahal Beliau adalah tulang punggung keluarga.

😦

Dari situ, aku selalu belajar untuk realistis. Bahkan, gak jarang berujung pada pesimis. Aku gak pernah mau bikin cita-cita yang terlalu tinggi. Malah buatku, aku bisa makan dengan uangku sendiri saja sudah cukup.

Namun, kenyataan berkata lain. Aku gak pernah membayangkan bisa hijrah ke Jakarta dan bekerja di startupstartup keren.

Apa yang aku capai sekarang, bisa dibilang sebagai perpaduan antara miracle (aku gak suka bilang keberuntungan), kemauan belajar, dan kerja keras.

Eits, bukan berarti aku udah hebat banget ya. Gak kok! Karena aku punya prinsip bahwa kesuksesanmu dinilai dari siapa kamu sebelumnya, bukan dibandingkan dengan orang lain. So, buatku yang berasal dari kampung, bukan keluarga berada, dan lulusan SMA – ini adalah pencapaian hebat!

🙂

Memulai karier sebagai penjaga wartel dan warnet

Bergerak!

Aku gak malu untuk mengakui bahwa karierku dimulai sebagai penjaga wartel alias warung telepon. Duh, ketahuan deh umurku. Haha.

Wartel tempat aku bekerja itu sediain warnet (warung Internet) di lantai dua. Dan… Saat itu cita-citaku pengin jaga warnet tersebut. Karena aku pikir, lumayan kan, bisa kerja sambil Internet-an gratis. Sekaligus pula menyalurkan hobiku saat itu: Menulis di blog Friendster.

Aku belum kepikiran tuh bisa cari uang dari Internet. Yang terbersit cuma pengin mempublikasikan tulisanku (aku masih cuma nulis cerpen dan esai aja pada waktu itu) kemana aja deh. Yang penting banyak orang baca tulisanku. Siapa tahu ada penerbit atau pihak majalah yang tertarik sama tulisanku.

Aku sempat rajin kirim cerpen ke majalah. Cuma ya itu prosesnya lama banget. Dari sekian banyak cerpen yang aku kirim, cuma satu yang dipublikasikan, yaitu cerpen berjudul November di Majalah Kawanku tahun 2008.

Akhirnya, aku berhasil buat jaga warnet. Aku nawarin diri buat jaga warnet sembari jaga wartel. Misal, pagi sampai sore aku jaga wartel maka sore sampai malemnya aku jaga warnet.

Seneng banget dong aku bisa dapat akses Internet. Rajinlah aku browsing sana-sini. Termasuk makin aktif di salah satu forum website radio KISS di Medan. Singkat cerita, di sana aku “ketemu” seseorang yang ternyata adalah Internet Marketer. Aku manggil dia “Abang”. Dialah yang awalnya ngajarin aku buat bikin blog di WordPress.com dan kemudian beliin aku domain TLD Helda.info!

Bisa dibilang rentang waktu sekitar akhir tahun 2008 sampai tahun 2010 menjadi titik balikku ngedapetin jalanku untuk mulai berani bercita-cita lebih tinggi.

Gimana caranya?

1. Internet menjadi “perguruan tinggi” buatku

Internet aku gunain buat memperkenalkan diriku to the whole world. Aku gak bisa jadi artis di dunia nyata tapi aku bisa menapaki proses itu di dunia maya. Semuanya mungkin. Karena aku gak perlu ngelewatin “audisi” yang panjang. Xixixi.

Lewat Internet, aku bikin karya berupa tulisan. Aku gak ngerti istilah “personal branding” awalnya tapi ternyata aku ngelakuin hal tersebut sedari awal.

Saat awal aku nge-blog, secara gak sadar, aku nge-branding diriku sebagai blogger remaja. Karena saat itu aku sering sharing motivasi dan opini ke remaja-remaja Indonesia. Jadilah, pembacaku akhirnya ingat aku sebagai blogger remaja.

Pembaca-pembaca blog-ku waktu itu juga gak cuma sambil-lalu. Karena yang namanya blog-walking masih intense. Komunikasi kita pun beranjak dari online ke offline.

Aku juga rutin ikut komunitas blogger dan Internet Marketer. Dari komunitas, aku jadi banyak belajar dari para ahlinya. Bertemu orang-orang hebat.

2. Berani melamar kerja tanpa ijazah karena kepepet

Awal aku kerja fulltime di startup sebenarnya bukan karena aku pengin, tetapi karena kepepet, lho! Hahaha.

Mulai dari 2009 sampai 2013, aku puas banget menjadi full-time blogger. Tapi, sayangnya, manajemen waktu, manajemen diri, dan rasa puas itu sendiri bikin aku lupa untuk upgrade. Hingga akhirnya, Google Adsense-ku di-banned dan klienku yang paling besar kasih cuan stop order artikel.

Di tahun 2013 sendiri aku secara gak sengaja akhirnya stay di Jakarta. Aku inget banget duitku tinggal Rp200 ribu dan belum ada job baru untuk penulisan artikel. Entah dapat ilham dari mana, aku cobalah untuk tanya-tanya klien yang pesan artikel ke aku. Terus aku juga searching lowker di berbagai website.

Aku interview bisa tiga kali dalam seminggu. Tapi, aku apreasiasi company yang mau manggil aku! Aku udah seneng banget sampai ke tahap interview walau gak jebol.

Aku sadar diri banget kalau aku mungkin akan disepelekan karena cuma modal ijazah SMA. Pernah, kok, satu ketika ada pemilik startup gitu yang bilang, cuma bisa kasih Rp2 juta (padahal kantor di daerah Ambassador Kuningan, dan UMR Rp 3 jutaan) karena aku cuma lulusan SMA.

Aku hitung-hitung sih gak mungkin banget gaji segitu kalau kantornya di daerah sana. Kalau di Depok, aku jabanin kok. Hehe.

Interview sana-sini gak sia-sia tapinya. Aku dapat kenalan yang akhirnya sampai sekarang aku masih keep contact dan malah saling sharing, namanya Erwin Petas dari Tiket.com. Walau saat itu aku gak bisa masuk ke Tiket, tapi gak apa-apa. Hola, Bro!

😛

Hingga akhirnya aku berhasil dapat kerjaan pertamaku di startup, yaitu CekAja.com. Itu pun bisa dibilang gak sengaja kali ya. Wkwk. Aku harusnya ngelamar ke divisi Mas Irijanto Enk as content writer di blog mereka. Tapi aku gak qualified. Tapi doi baik banget deh! Ingat namaku saat Bos Dudung dari divisi SEO butuh content writer.

Perjalananku di dunia startup pun benar-benar ngebuka mataku bahwa aku kini bisa bercita-cita!

3. “Jual diri” sebagai blogger dan manfaatkan LinkedIn

Semua miracle yang aku dapatkan gak cukup kalau gak ada sesuatu yang aku jual. Aku “jual diri”. Wkwk. Bukan jual diri yang negatif, kok.

Setiap interview, aku selalu jual blog personal aku: Helda.info dan next-nya CuapHelda.com. Pede aja!

Apalagi blog personal-ku ya memang benar-benar personal. Tempat yang aku jadiin sebagai wadah personal branding-ku. Bukan main Adsense.

Plusss… Aku manfaatin LinkedIn. Aku tahu ini social networking site emang ditujuin buat jadi tempat branding diri secara profesional. Termasuk cari kerja dan dicariin HR/headhunter.

Dulu aku mikir kita tuh harus kirim CV ke email yang ada di postingan lowker. Setelah tahu LinkedIn dan aku maintain, eh malah HR/headhunter yang jemput bola.

Tak dinyana, aku bisa berpindah dari satu kantor ke kantor lain ya karena LinkedIn. Bahkan, akhirnya dikontak sama Content Expert yang aku kagumin Mba Maya Burnama (DuitPintar) via LinkedIn. Padahal tahun 2015 sebelum apply di CekAja, aku sempet kirim email ke doi. Tapi aku kabur karena gak sanggup ngerjain tes yang doi kasih. Monmaap.

Di MoneySmart.id (dulu DuitPintar Blog) sendiri aku banyak belajar tentang content. Aku bisa bilang bahwa di sana aku benar-benar upgrade skill aku di bidang digital content dan ngerasain jadi jurnalis!

Bayangin aja, dulu aku cuma qualified buat nulis konten untuk private blog network untuk SEO atau footer website as ghost writer. Sekarang namaku terpampang nyata di media finansial dengan trafik 10 juta sessions itu. Hehe.

😀

4. Berani ambil risiko dan hadapi tantangan

Dari seorang penjaga warnet, sekarang aku malah berada di tahap bukan lagi gak tahu bisa dapat kerja apa gak. Tapi lebih ke gimana karierku di masa depan. Sombong ya? Hehehe. *ditimpuk martabak telor

Bisa aja sebenarnya aku terus-terusan berada di zona nyaman. Yang mana aku udah hafal flow kerjaku dan gak perlu belajar sesuatu yang ribet-ribetlah. Tapi, yang namanya manusia gak pernah puas. Dan memang Abangku selalu menyemangatiku, “Helda mau berkembang”.

Ketika aku dapat kesempatan untuk pindah ke company baru, aku ya coba aja. Aku memberanikan diri untuk mau belajar dan bisa jadi gagal. Karena itulah satu-satunya caraku untuk bisa “panjat karier”. Kuliahku bukan di universitas tapi dari Internet, komunitas, dan kini ya company tempat aku kerja.

Kalau aku gak mau upgrade skills-ku, ya, aku bakal gitu-gitu aja. Plus, bisa saja gak dapat kerjaan di masa depan. Bisa aja, kan? Apalagi balik lagi ya itu, apa sih yang bisa diandelin saat misalnya kamu cuma punya ijazah SMA. Ya, skills. Dan skills itu didapat dari lingkungan kamu.

Sekarang, saat aku dapat approach dari company lain, bisa dibilang udah gak ada lagi yang tanya ijazahku. Bahkan, gak ada lagi yang berani bilang “karena kamu cuma lulusan SMA, jadi kita cuma bisa kasih segini”.

🙂

Jangan pesimis saat ternyata keadaan kurang berpihak padamu. Kita gak tahu apa yang terjadi di hari esok, apalagi masa depan. Yang penting, tetap punya keinginan untuk hidup dan berusaha!

3 thoughts on “Kerja Tanpa Ijazah, Panjat Karier Meski Lulusan SMA

  1. Gioveny

    Nggak nyangka aku kak. Ternyata walau tanpa selembar ijasah, mampu untuk terus upgrade diri. Semangat terus kak. Baru pertama kali ni aku mampir hehehe

    Like

    Reply
  2. Lulu Luthfiah

    Reblogged this on LULUAKSARA and commented:
    Kegagalan demi kegagalan mendapat pekerjaan di masa pandemi ini membuat rasa pesimis mnghampiri. Lupakan rasa pesimis yang hadir. Terus berusaha dan percaya waktumu akan datang. Baru kali ini saya me-reblog tulisan seseorang. Bacalah ini jika kalian sedang dihantui si pesimis tadi.

    Saya selalu terkesima dengan “menulis”. Benda yang berwujud kata-kata tanpa suara bahkan bisa mengubah pemikiran kita sewaktu-waktu. Saya cinta menulis!

    Like

    Reply

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s