Selama beberapa tahun terakhir, saya menjalani banyak peran sekaligus—sebagai pekerja, mahasiswa, istri, dan individu yang juga perlu menjaga kesehatan fisik serta ruang pribadi. Di tengah ritme tersebut, saya mengalami burn-out yang cukup kuat.
Pada masa itu, saya menyadari satu hal penting: produktivitas saya selalu paling tinggi di pagi hari, terutama saat saya memulai hari dengan struktur yang jelas dan ritme yang konsisten.
Awalnya, perubahan ini tidak muncul dari sesuatu yang besar. Justru dari eksperimen kecil yang saya lakukan pada diri sendiri: strength training selama 10 menit setiap pagi. Kebiasaan mikro sederhana itu perlahan berkembang menjadi rutinitas yang lebih stabil. Mulai dari gym pagi hingga ritual menuliskan prioritas harian.
Pola ini mengingatkan saya pada konsep keystone habit (Duhigg), bahwa satu kebiasaan kecil dapat membuka pintu bagi perubahan perilaku yang lebih besar.
Di titik inilah saya mengalami internal shift yang signifikan: munculnya feeling of agency. Saya tidak lagi menjalani hari secara autopilot. Justru, saya merasa memiliki kendali terhadap ritme saya sendiri. Dan itu mengubah cara saya bekerja, membuat keputusan, serta memetakan prioritas.
Awal Mula Ide Penelitian
Di tengah banyaknya perubahan positif dari eksperimen kecil tersebut, saya mulai berpikir: Apakah perubahan seperti ini bisa diuji secara ilmiah?
Pertanyaan ini menemukan bentuknya ketika saya mengikuti mata kuliah Pengenalan Topik Penelitian (PTP). Melalui kelas tersebut, arah saya menjadi lebih jelas—bagaimana mengoperasionalisasikan kebiasaan mikro menjadi sebuah desain eksperimen yang terukur dan sesuai dengan metodologi penelitian psikologi.
Dari sinilah saya merumuskan intervensi Morning Deep-Work Cue: sebuah ritual pagi sederhana yang bertujuan untuk memicu fokus kerja sebelum distraksi digital mengambil alih.
Mengapa Pekerja Muda?
Saya memilih pekerja muda sebagai sasaran karena kelompok usia 20–30an inilah yang paling rentan terhadap:
- distraksi digital,
- tekanan kerja cepat,
- multitasking yang tidak terhindarkan,
- dan tuntutan performa harian yang tinggi.
Selain itu, kelompok ini juga yang paling dekat dengan ekosistem pribadi yang sedang saya bangun melalui program coaching Clarity 1-on-1. Dengan demikian, penelitian ini menjadi jembatan antara teori, praktik, dan dampak nyata bagi individu dalam ekosistem tersebut.
Gap Penelitian
Berdasarkan literatur yang saya rangkum dalam presentasi (slide 4–5) :
- Studi mengenai habit cue sudah cukup berkembang di luar negeri, termasuk berbagai eksperimen yang juga dibahas dalam buku The Power of Habit oleh Charles Duhigg.
- Di Indonesia, penelitian eksperimen mengenai kebiasaan mikro pada pekerja muda masih sangat terbatas.
- Intervensi sederhana seperti Morning Deep-Work Cue belum banyak diuji dalam konteks produktivitas harian.
Karena itu, penelitian ini berusaha memberikan gambaran awal tentang bagaimana intervensi kecil yang mudah dilakukan dapat berpengaruh pada produktivitas—terutama bagi pekerja muda yang menghadapi distraksi digital dan tekanan multitasking setiap hari.
Integrasi dengan Coaching
Bersamaan dengan penelitian ini, saya juga mengembangkan program Clarity 1-on-1, sebuah layanan coaching yang membantu pekerja muda menemukan struktur kerja dan ritme hidup yang lebih intentional. Coaching berfungsi sebagai:
- ruang eksperimen pribadi,
- jembatan antara teori dan praktik,
- serta wadah untuk melihat sejauh mana intervensi kebiasaan kecil dapat berdampak langsung pada kehidupan partisipan.
Harapannya, penelitian ini bukan hanya menghasilkan temuan akademis, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi mereka yang mengikuti prosesnya.
Penutup
Penelitian ini lahir dari pengalaman personal, dipertegas oleh teori, dan diproses melalui metodologi ilmiah. Melalui intervensi kecil seperti Morning Deep-Work Cue, saya ingin melihat sejauh mana struktur sederhana dapat membantu pekerja muda bekerja dengan lebih fokus dan lebih intentional.
Pada akhirnya, saya ingin mengajak pembaca memahami satu pesan:
kita juga boleh meneliti diri sendiri. Karena sering kali, pola perubahan itu justru berawal dari hal-hal kecil yang kita lakukan setiap hari.
Daftar Pustaka
Clear, J. (2018). Atomic habits: An easy & proven way to build good habits and break bad ones. Avery.
Galla, B. M., & Duckworth, A. L. (2015). More than resisting temptation: Beneficial habits mediate the relationship between self-control and positive life outcomes. Journal of Personality and Social Psychology, 109(3), 508–525.
Lally, P., van Jaarsveld, C. H., Potts, H. W., & Wardle, J. (2010). How are habits formed: Modelling habit formation in the real world. European Journal of Social Psychology, 40(6), 998–1009.
Mark, G., Gudith, D., & Klocke, U. (2008). The cost of interrupted work: More speed and stress. Proceedings of the SIGCHI Conference on Human Factors in Computing Systems, 107–110.
Sonnentag, S. (2003). Recovery, work engagement, and proactive behavior: A new look at the interface between nonwork and work. Journal of Applied Psychology, 88(3), 518–528.
Wood, W., & Neal, D. T. (2007). A new look at habits and the habit–goal interface. Psychological Review, 114(4), 843–863.



