What if I told you that consistency itu bukan soal willpower semata, tapi lebih ke bagaimana kita mengurangi keputusan-keputusan kecil yang sebenarnya gak perlu? Sounds interesting, right?

I am honestly amazed at myself—how consistent I can be. Ternyata, tanpa aku sadari, aku sudah membangun kebiasaan kecil yang melekat di keseharianku, tanpa harus merasa struggle.

Contoh paling simpel? Sarapan! Aku baru sadar setelah menjalani konsistensi selama 60 hari bahwa aku sudah bertahun-tahun makan sarapan yang sama setiap hari—dua butir telur rebus. Sekarang, setelah baca Glucose Goddess, aku tambahin sayur supaya energiku lebih stabil dan gak gampang lapar sampai siang. Tapi habit dasarnya? It sticks effortlessly.

Kenapa bisa begitu? Karena buat aku, mengurangi jumlah keputusan kecil itu penting banget. Instead of spending mental energy figuring out what to eat setiap pagi, aku stick ke satu pilihan yang sudah pasti. Bahkan buat makan siang pun, menunya hampir sama, hanya bervariasi sedikit di sayur dan proteinnya.

Dan ternyata, ini gak cuma soal makanan. Dengan cara ini, aku bisa menyediakan lebih banyak mental space untuk hal-hal yang lebih penting: belajar, membaca buku, ikutan kelas, dan tentu saja—fokus kerja serta kuliah.

Aku belajar bahwa hal-hal kecil yang kita lakukan berulang kali itu powerful banget. Kadang kita terlalu fokus ke perubahan besar, padahal yang benar-benar bikin beda itu habit kecil yang kita ulang terus-menerus.

Building a Habitual Lifestyle: How I Stay Consistent

Aku gak punya masalah sama motivasi. Dalam diriku, aku memang mau banget hidup sehat. Tapi dulu, lifestyle-ku gak mencerminkan itu sama sekali.

Aku dulu makan seenaknya—apalagi kalau suami ngajak makan di luar. Nasi Padang? Count me in. Tapi dampaknya? Berat badan naik, kulit breakout, energi turun drastis. Yang lebih parah? Aku hampir gak pernah gerak. Rata-rata aku cuma 3.000 langkah per hari, itu pun karena masih ngantor. Kalau full di rumah? 1.000-2.000 langkah saja udah bagus banget.

Dampaknya gak cuma ke kesehatan, tapi juga ke produktivitasku, kuliah, dan keseimbangan hidup secara keseluruhan. Aku merasa selalu kejar-kejaran dengan waktu, tapi tetap gak bisa maksimal.

How I Turned Things Around

Aku mulai dengan satu kebiasaan kecil—bangun pagi. Tapi aku gak memaksakan harus jam sekian setiap hari. Aku fokus ke “magic formula”-ku:

  • 10 menit olahraga
  • Jalan pagi sama Donna (anabul aku)
  • Sarapan sehat
  • Mandi pagi
  • Mulai deep work

Awalnya? Jauh dari sempurna. Masih sering terdistraksi, masih suka scrolling gak jelas. But I didn’t punish myself. I embraced the process. Yang penting? Aku tetap stick ke rutinitas pagi dulu.

Dan benar, lama-lama aku gak perlu mikir lagi. It became automatic.

The Science Behind Small Wins: Habit Stacking & The 2-Minute Rule

Salah satu konsep paling impactful buatku dari Atomic Habits adalah habit stacking.

Masalah utamaku adalah ingin lebih produktif dan mengatur waktu, and I found out that yang perlu dibenerin adalah morning routine-nya. Karena dari sini efek ke aktivitas yang lain. Dengan pekerjaan full-time, kuliah 6x seminggu, tugas, dan side hustle, aku gak punya banyak waktu. Jadi aku gak menunggu waktu kosong untuk membangun habit. Aku melakukan sebaliknya:

💡 Aku membangun habit di sekitar schedule-ku yang sudah ada.

  • Olahraga pagi → jalan pagi → sarapan → semuanya mengalir secara natural.
  • Siapkan baju olahraga dan sepatu di tempat yang mudah dijangkau supaya gak ada alasan buat skip morning routine.
  • Pakai baju olahraga duluan sebagai cue agar tubuh lebih siap beraktivitas, sesuai dengan sistem cue dari Atomic Habits.

Selain habit stacking, aku juga menerapkan 2-Minute Rule. Dulu aku pikir, kalau olahraga, harus langsung 1 jam di gym. Kalau gak bisa, yaudah, skip aja. Now? Aku mulai dengan 10 menit aja tiap hari. Yang penting stick ke habit-nya dulu.

Dan satu hal lagi, aku sengaja gak dengerin apa pun saat jalan pagi atau sarapan. Kenapa? Supaya pikiranku tetap fresh dan gak overloaded dengan informasi sebelum aku mulai kerja. Dengan begini, aku bisa lebih fokus saat deep work dan memaksimalkan produktivitasku.

Small wins matter. Bukan durasi yang penting di awal, tapi bagaimana kita bikin kebiasaan itu melekat dulu.

How You Can Stay Consistent

Kalau kamu struggling dengan konsistensi, coba 3 langkah ini:

1. Kurangi decision fatigue

Minimalkan jumlah keputusan kecil yang gak perlu. Makanan, olahraga, atau bahkan rutinitas pagi—buat simple dan stick to it.

2. Mulai dari habit kecil & embrace the process

Jangan langsung aiming for perfection. Mulai dari habit kecil yang effortless dan lakukan terus.

3. Stick to it, even if it’s not perfect

Progress is better than perfection. Daripada overthinking kalau belum sempurna, fokus aja buat showing up everyday.

“Every action you take is a vote for the type of person you wish to become.” – James Clear, Atomic Habits

So, what’s ONE small habit you’ve stuck with recently? Drop it in the comments—I’d love to celebrate your small win with you! 🎉

And kalau kamu masih struggling dengan konsistensi, start with just 2 minutes a day. You’ll be amazed at what happens next. 🚀

Leave a comment

Be Part of the Movement

Get the latest posts by email.
No spam, just thoughtful notes.

Go back

Your message has been sent

Warning

Clarity 1-on-1 with Helda

Kalau kamu bingung arah karier, sering overthinking, susah fokus, dan hidup terasa “acak banget”, sesi ini bantu kamu nemu struktur yang sesuai kondisimu. Let’s talk!