“Blogging used to be my thing. But over the years, it started feeling like something left behind—by everyone, including me. Now, in 2025, I’m realizing that writing isn’t just something I used to do—it’s a habit that shaped who I am. And it’s time to rebuild it.”

Pernah merasa kehilangan kebiasaan yang dulu membuat hidupmu terasa lebih berarti? Aku pernah, dan ini ceritaku untuk memulai kembali.

Menulis bukan sekadar hobi masa lalu, tapi bagian dari kepribadianku. Dari seorang penjaga warnet yang hanya bermodal harapan, hingga menjadi seorang digital marketing manager di startup, semuanya dimulai dari satu kebiasaan kecil: menulis.

Walau memang blogging udah gak sepopuler dulu. Malah, banyak orang udah lupa atau malah gak tahu apa itu blogging, termasuk aku sendiri. Tapi, kalau dipikir-pikir, menulis itu gak bakal pernah lekang oleh waktu—formatnya aja yang berubah.

Di tahun 2025 ini, aku sadar bahwa kebiasaan menulis adalah langkah berikutnya setelah aku berhasil membangun morning routine. Kenapa? Karena menulis itu bukan cuma tentang membangun karier, tapi juga menjaga identitas diri.

How blogging shaped my career

Tahun 2008, aku cuma seorang penjaga warnet yang bekerja dari pagi sampai malam demi bertahan hidup. Di sela-sela waktu itu, aku mulai menulis blog. Awalnya, tujuanku cuma satu: biar tulisanku dibaca orang. Gak ada bayangan bahwa blogging bisa membawaku ke mana-mana.

Inget banget, saat itu aku diperkenalkan oleh seseorang di forum Internet. Aku mulai dari blog wordpress.com. Cuma nulis “ngasal” aja. 

Tapi, ternyata blogging membuka pintu-pintu yang gak pernah aku duga sebelumnya. Aku bergabung ke komunitas blogger di Medan, jadi pembicara di seminar, dan akhirnya personal branding-ku yang pada waktu itu sebagai “blogger remaja” mulai terbentuk. Tulisanku dulu bukan soal karier, tapi lebih ke pengalaman hidup, termasuk galau-galau remaja waktu itu (haha).

Ternyata, dari habit sederhana ini, aku bisa membangun karier di dunia digital marketing.

Aku juga mulai dikenal di LinkedIn (padahal dulu LinkedIn belum sepopuler sekarang), dan dari situlah peluang-peluang mulai berdatangan.

Salah satu milestone besar adalah ketika aku pindah ke Jakarta dan diterima kerja di sebuah startup sebagai SEO Content Writer. Itu semua berkat konsistensi menulis di blog, karena yang aku jual ke rekruiter maupun interviewer adalah blog-ku dan jumlah visitors blog-ku. 😀

Pada saat itu aku gak ngerti juga soal istilah building habit.

Morning routine as the foundation for my next habit

Ketika aku memulai perjalanan membangun morning routine beberapa bulan lalu, aku sadar bahwa habit ini adalah fondasi yang aku butuhkan sebelum melangkah ke kebiasaan lain. Kenapa gak mulai dari menulis dulu? Karena aku tahu, tubuh dan pikiranku pada waktu itu belum siap.

Jujur, aku pernah coba journaling, tapi malah jadi formalitas belaka. Akhirnya, aku memutuskan untuk memperbaiki diri secara fisik dulu. Dengan membangun morning routine yang fokusnya olahraga dulu, aku merasa lebih fresh dan produktif. Dan sekarang, dengan rutinitas pagi yang udah settle, aku akhirnya siap buat melangkah ke habit berikutnya: menulis.

Why writing is my next keystone habit

Kalau dipikir-pikir, menulis itu udah ada dari zaman batu sampai sekarang. Formatnya aja yang berubah. Bahkan, di era digital seperti sekarang, semua bentuk konten—dari video sampai podcast—dimulai dari tulisan. Aku yakin, menulis adalah habit yang timeless.

Buat aku pribadi, menulis itu lebih dari sekadar aktivitas. Itu adalah caraku berbagi pengalaman, belajar dari diri sendiri, dan (mudah-mudahan) menginspirasi orang lain. I felt like I was losing myself when I stopped writing. Makanya, di tahun 2025 ini, aku pengin balik ke jati diriku sebenarnya, yaitu jadi penulis. Bukan cuma karena ini penting buat karier, tapi juga karena memang bagian dari diriku.

Dulu, aku gak pernah berpikir besar waktu mulai blogging. Aku cuma pengin tulisanku dibaca. Tapi, dari habit sederhana itu, aku belajar banyak hal:

  1. Mulai dari yang kecil
    Kebiasaan gak harus muluk-muluk. Mulai dari hal kecil yang bisa kamu lakukan konsisten.
  2. Fokus ke identitas, bukan goal
    Jangan cuma mikirin hasil akhirnya. Jadikan habit itu bagian dari siapa kamu.
  3. Konsistensi adalah kuncinya
    Konsisten lebih penting daripada sempurna. Kalau kamu terus melakukannya, efek domino bakal terjadi.

Writing as my identity in 2025

Menulis bukan cuma tentang pekerjaan, tapi tentang berbagi dan menemukan diri sendiri. Di tahun 2025 ini, aku pengin membangun habit menulis sebagai bagian dari identitasku—seperti dulu, saat semuanya dimulai. Ceileh, bahasanya~

Jadi, gimana dengan kamu? Habit apa yang ingin kamu bangun tahun ini, dan bagaimana itu bakal membawamu lebih dekat ke versi terbaik dari dirimu?

Contoh, kamu mungkin sudah mulai dengan 10 minutes work-out per day, journaling, or whatever habits you try. Kamu bisa tag aku di Instagram @cuaphelda, atau balas di comment section blog ini. 

One response to “Dari Blogger Warnet ke Digital Marketer: Konsistensi yang Membawa Perubahan”

  1. […] karena sadar kalau blogging tuh bukan cuma nostalgia, tapi juga bagian dari perjalanan karierku. Aku yang dulu mulai dari penjaga warnet, sekarang bisa jadi digital marketing manager, and it all started from […]

    Like

Leave a comment

Be Part of the Movement

Get the latest posts by email.
No spam, just thoughtful notes.

Go back

Your message has been sent

Warning

Clarity 1-on-1 with Helda

Kalau kamu bingung arah karier, sering overthinking, susah fokus, dan hidup terasa “acak banget”, sesi ini bantu kamu nemu struktur yang sesuai kondisimu. Let’s talk!