Saat Keinginan Bunuh Diri Coba Membunuhku

Memori saat mendiang mamaku pernah hampir menenguk air sabun bekas cucian masih terekam jelas di ingatanku. Aku gak ingat lagi kapan itu terjadi tetapi bayangan samar-samar itu masih ada dalam otakku.

Sejujurnya, aku adalah orang yang sangat takut mati. Jangankan mati, terluka pada kulit aja bisa bikin aku paranoid. Tapi sayangnya justru ketakutanku pada kematian itulah yang bikin aku semakin kalut. Aku malah lebih sering membayangkan soal kematian yang bikin keinginan bunuh diri semakin sering bercokol dalam pikiranku.

Ntah sejak kapan aku sering berpikir kalau aku bisa jadi mati muda. Apalagi kalau pikiranku stres banget, aku sering banget kehilangan harapan. Rasa-rasanya aku gak bakal sanggup ngelewatin fase hidup tertentu.

Pengakuan Dosa

keinginan bunuh diri

Meski aku takut mati tetapi rasa ingin tahuku tentang rasanya mati ternyata cukup kuat. Yang menarik adalah bukan karena aku pengin mengakhiri hidupku tetapi pengin orang-orang sadar bahwa aku berjuang banget melawan diriku.

Manusia diciptakan dengan keinginan hidup abadi. Jadi, saat ternyata seseorang memilih bunuh diri sebenarnya dia gak pengin, kok. Gak sedikit yang melakukannya karena pengin menarik perhatian orang terdekatnya. Makanya gak jarang mereka biasanya mengutarakan keinginan tersebut. Sebab, mereka sebenarnya sedang meminta tolong.

Seenggaknya itu yang aku rasakan.

Sayangnya, lama-kelamaan ungkapan minta perhatian tersebut ternyata berujung pada keputusasaan. Keputusasaan inilah yang kemudian bikin seseorang nekad merealisasikan keinginan bunuh diri.

Aku beberapa kali berada dalam tahap minta perhatian. Ntah karena aku yang over-thinking atau memang masalahku terlalu berat. Aku harus akui bahwa ada masa-masa aku pengin merasakan sesuatu yang lebih sakit daripada rasa sakit hatiku. Salah satunya dengan melukai diriku sendiri. Bahkan, aku pernah menenggak obat depresi resep dokter yang aku tahu gak cocok buatku.

Dan, kamu tahu, itu gak enak banget! Setelah aku minum itu obat yang aku udah tahu efeknya, di saat itu pula aku merasakan bahwa mau mati itu gak enak, cuy!

Mungkin di sela-sela bagian diriku yang mengidap gangguan bipolar masih ada warasnya. Sedikit kewarasan inilah yang masih menahan diriku dari keinginan bunuh diri.

Caraku Melawan Keinginan Bunuh Diri

bunuh diri

Kalau rasa pengin mati mulai merasuki pikiranku, aku punya beberapa alasan buat melawannya.

Ntah ini cukup nyeleneh dan rada “gila” tapi seenggaknya sampai sekarang aku masih bisa menuliskan ini buat kamu [termasuk diriku sendiri].

1. Rasa sakit kalau saat coba realisasikan keinginan bunuh diri

Mungkin ini karena fobia (kalau bisa disebut fobia) sejak kecil. Seperti yang aku sebutkan, aku takut banget sama luka. Aku lemah sama yang namanya goresan atau luka di kulitku. Makanya aku gak suka sama olahraga ekstrem atau apapun yang bisa bikin kulitku terluka.

Cuma aja ternyata rasa takut itu sepertinya mulai sedikit memudar. Aku pernah coba menyayat-nyayat kulitku sendiri.

Efeknya?

Saat mandi ngilu banget, euy! Haha.

Jadi, kalau aku sedang dalam masalah berat atau terlalu over-thinking, aku bayangin rasa sakit itu aja. Gak usah dijadiin deh. Gak enak.

Daripada sakit kayak gitu, aku milih buat lampiasin dengan cara lain aja.

2. Mendengarkan lagu mellow dan menangis sejadi-jadinya

Yap! Aku lebih milih buat segera balik ke kost. Terus aku putar lagu-lagu mellow yang desperate banget. Gak usah sok kuat buat gak nangis. Aku lebih suka menangis sejadi-jadinya. Bahkan, sampai mengerang.

Buatku cara ini bikin aku capek sendiri. Kalau udah capek, ya aku tidur. Udah.

Besoknya aku punya tenaga buat kerja lagi.

😀

3. Terapi menulis

Sayangnya, aku emang belum konsisten menulis. Kalau gak salah aku pernah nulis kalau justru saat aku lagi di mood depresi, banyak ide berputar-putar di kepalaku. Tapi, sayangnya, aku malah jarang menuangkannya dalam tulisan. Mungkin karena setelah dengar lagu mellow, aku capek terus tidur kali ya. Hehe.

Kan lumayan kalau lagi depresi terus jadi karya.

So, menurutku terapi menulis bantu banget buat melawan semua perasaan-perasaan negatif. Termasuk keinginan bunuh diri.

Saat aku nulis, aku mulai tersadarkan betapa gobloknya aku kalau aku pilih buat mati padahal belum saatnya. Siapa tahu aja aku bisa jadi orang terkenal dan diundang di Kick Andy, kan? Kali aja aku bisa wujudin mimpi aku buat nulis buku, kan? Ya itu bisa terjadi kalau aku konsisten buat nulis.

4. Berpikir waras kalau aku pernah melewati yang lebih berat dan berhasil

Masalah yang menghampiri hidup kamu dan aku pasti gak cuma sekali. Mencoba buat flashback ke masa-masa silam bisa jadi semacam pengingat kalau ternyata dulu ada masalah yang lebih berat. Saat itu kita berhasil lewati pula. Makanya kita masih ada sekarang.

Kayak yang aku bilang sebelumnya, kita yang sekarang ada karena kita gak menyerah buat hidup.

Pasti aku gak pernah merasakan enaknya liburan ke berbagai daerah kalau dulu aku nyerah gitu aja. Aku gak bakal bertemu banyak orang hebat kalau aku memilih menghentikan kehidupanku saat itu.

5. Gak pengin dikenang karena bunuh diri

Aku punya semacam paranoid bakal dilupain oleh orang terdekatku. Life must go on, semua orang bakal harus menjalani hidupnya masing-masing.

Kalau aku bunuh diri, orang-orang terdekatku bakal menangisiku dalam beberapa waktu. Kemudian, mereka bakal menjalani kehidupan normal mereka lagi. Tapi aku? Aku bakal dikenang karena kasus bunuh diri. Ntahlah aku bingung gimana menjelaskan poin ini.

Yang pasti, aku pengin dikenang karena sesuatu yang lebih baik.

Aku gak tahu sih bakal gimana kehidupanku di masa mendatang. Aku gak menampik bahwa keinginan bunuh diri bisa aja menghampiri di waktu-waktu tertentu. Tips-tips yang aku jabarin di atas bisa aja jadi sekadar tips.

Tapi, aku bakal tetap berusaha buat capai yang terbaik dulu. Salah satunya deadline kantor dan utang tulisan.

🙂  

10 thoughts on “Saat Keinginan Bunuh Diri Coba Membunuhku

  1. Pingback: Belajar Mencintai Kehidupan di Future Park Jakarta – CUAPHELDA

  2. Pingback: Apa Tujuan Hidup Manusia? | CUAPHELDA

Leave a comment